Wanita Pembenci Puisi


Wanita ini sangat benci puisi
Menurutnya puisi yang mendayu-dayu itu bukti kelemahan

Wanita ini selalu ingin tampil perfeksionis dengan segala image yang sudah ia bangun
Hatinya pun sekeras batu
atau malah seperti karet yang elastis
Segala bujuk rayu selalu mental
Tak pernah bisa menembus hatinya

Wanita ini selalu ingin terlihat mandiri
Tak butuh manusia untuk memperkenalkannya dengan beragam makhluk bernama lelaki

Menurutnya ia bisa memilih sendiri siapa yang harus berjalan bersamanya
Namun para lelaki yang dulu menghampirinya
Kini berlomba-lomba maraton menjauhi garis finish yang dipasang si wanita

Seolah karma atau teguran, petir lantas menyambar hatinya
Sebait puisi itu langsung bebas meluncur ke relung hatinya

Dibalik sikapnya, wanita itu membutuhkan dia, si puitis
Si puitis yang bisa mengencerkan es di tengah amukan salju
Si puitis yang bisa melunakkan hatinya

Namun, si wanita ini masih teguh tak ingin bersuara
Menurutnya ia akan jilat ludah sendiri jika tumpahkan semua luapan hatinya
Bukankah dulu pernah bilang ia sangat benci puisi

Jikalau si wanita ini membongkar rahasia terpendamnya
Apakah si puitis ini tak akan balas dendam?
Apakah si puitis akan menerima masa lalu hati si wanita yang begitu kelam?

Hanya satu jawaban yang diharapkan si wanita.
Ya. Si puitis itu akan mengubur masa lalu kelam si wanita
Si wanita itu pun akan menggali masa depan bersama si puitis
Yes, she hopes so.

Hanya doa yang kini dipanjatkan si wanita.
Agar kedua hati tersebut sama-sama saling terketuk
Dan bisa saling berkunjung mengelilingi ruang rindu yang membuncah di dada


--- Julio, 12, 2018


*sumber gambar: hipwee

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Empat Urutan Air yang Paling Utama

Keutamaan Allah menjadikan Malam untuk Istirahat

Kenapa Harus Sebelah Kanan dibandingkan Sebelah Kiri?