Empat Urutan Air yang Paling Utama
Seperti sudah diketahui
bahwa bumi tempat tinggal kita selaku umat manusia terdiri atas daratan dan
lautan. Luas permukaan bumi yang dikelilingi oleh daratan hanya sekitar 29.2%
atau sekitar 148,94 km2 dan sisanya yakni sebesar 70.8% nya
adalah air atau lautan. Sehingga tidak heran, bahwa air memiliki peran penting
dalam kehidupan di bumi, tidak hanya manusia bahkan hewan dan tumbuhan pun
memerlukan air untuk keberlangsungan hidupnya.
Tapi, tahukah kamu
kalau ternyata ada 4 urutan air yang paling utama dan memiliki keistimewaan.
Seperti yang tercantum dalam kitab Al-Taqriiroot Al-Sadiidah Fi al-Masaail
al-Mufiidah atau Pendekatan yang benar dalam masalah-masalah yang bermanfaat terbitan
Darul Ulum Islamiyah Surabaya tahun 2006, menyebutkan 4 air tersebut
diantaranya:
- Air yang keluar dari jari-jari Nabi Muhammad SAW
- Air zam-zam
- Air atau Telaga Kautsar
- Air sungai Nil
Berikut penjelasannya:
1.
Air
yang keluar dari jari-jari Nabi muhammad SAW
Ketika waktu untuk shalat subuh
tiba, Rasulullah akan berwudhu. Tapi, sama sekali tak ada air, padahal, yang
akan berwuhdu cukup banyak. Para sahabat hendak sholat berjamaah
bersama Rasululloh. Tentunya air banyak sangat diperlukan untuk berwudhu.
Rasulullah
bertanya “Apa ada kantung air?”
Seorang
sahabat menyahut, “ada, ya Rasulullah.”
Kemudian seorang sahabat itu membawa kantung air yang bahannya terbuat dari kulit kambing. Biasanya kantung air itu digunakan untuk membawa persediaan air ketika dalam perjalanan panjang.
Kemudian seorang sahabat itu membawa kantung air yang bahannya terbuat dari kulit kambing. Biasanya kantung air itu digunakan untuk membawa persediaan air ketika dalam perjalanan panjang.
Kemudian Rasulullah
meletakkan tangan kanannya di atas kantung kulit kambing itu. Jari-jatinya
terbuka. Dari sela-sela jarinya memancar air yang bening sekali.
Rasulullah kemudian berseru kepada Bilal bin Rabah,
salah satu sahabat Rasulullah. “Hai, Bilal!!”, Panggil orang-orang itu untuk
berwudhu!!”
Orang-orang yang akan sholat subuh itu pun dipanggil
oleh Bilal untuk berwudhu dengan air yang memancar dari sela-sela jari
Rasulullah. Bukan hanya berwudhu, bahkan seorang sahabat rasul yang bernama
Ibnu Mas’ud sampai meminum air tersebut. Air tersebut memiliki rasa yang sejuk,
seperti air yang memancar lagsung dari sumber dalam bahwa tanah. Air tersebut
mancur terus sampai semua orang dapat berwudhu.
Peristiwa tersebut menandakan sebagai bukti dari
mukjizat Rosululullah selain daripada Al-Qur’an.
Mengenai mukjizat yang satu ini sudah tercantum
dalam HR. Bukhari No. 3573, Kitab Manaqib, Bab: Alamat Nubuwwah fil-Islam, dan
Muslim No. 2279 yang artinya:
Seperti diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik RA
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim : “Saya melihat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan ketika itu waktu Ashar telah tiba. Lalu manusia mencari
air untuk berwudhu, tetapi tidak memperolehnya. Lalu ada seseorang membawakan
air untuk berwudhu. Maka beliau meletakkan tangannya ke dalam bejana tempat air
itu, dan menyuruh semua orang berwudhu dari situ.” Anas bin Malik Radiyallahu
Anhu berkata: “Saya melihat air keluar dari jari-jari beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sehingga semua orang dapat berwudhu dengan air itu.”
Kemudian perawi hadits, Salim bin Abi Ja’d
bertanya kepada Jaabir bin Abdillah: “Berapakah jumlah kalian?” Jaabir
menjawab, “Seandainya jumlah kami seratus ribu, pastikan akan mencukupi. Akan
tetapi jumlah kami hanya lima ratus orang).” (HR. Bukhari No. 3576, dan Muslim No.
1856)
Bahkan dalam Kitab Fathul Bari Bab 6 halaman 676
menyebutkan bahwa Qadhi Iyadh berkata, “Kisah yang diriwayatkan oleh
orang-orang yang tsiqah (dipercaya) ini dari kalangan jamaah yang banyak,
sanadnya sampai kepada para sahabat. Dan peristiwa itu terjadi di tempat-tempat
berkumpulnya sebagian mereka, di tempat keramaian, dan di tempat berkumpulnya
pasukan perang. Tidak ada satu pun yang mengingkari perawi tersebut. Sehingga
hal ini merupakan sebuah tambahan yang menjelaskan tentang kenabiannya.”
Ibnu Abdil Barr menukil perkataan Imam Al-Muzani,
bahwasanya ia berkata: “Keluarnya air dari jari-jemari Rasulullah itu merupakan
mukjizat yang lebih agung ketimbang keluarnya air dari batu ketika Nabi Musa
memukulkan tongkatnya yang kemudian memancarkan air darinya. Karena keluarnya
air dari batu merupakan perihal yang telah dimengerti dan dikenal, berbeda
dengan keluarnya air di antara daging dan darah.” (Fathul-Bari, 6/677).
2.
Air Zam-zam
Tentu di kalangan umat muslim sudah
mengetahui mengenai air yang satu ini, air yang Allah SWT sudah menjamin tidak
akan habis hingga hari kiamat nanti.
Disebutkan
oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya (Shahihul-Bukhari, 3/1190), dari hadits Ibnu ‘Abbas.
Suatu saat, ketika berada di Mekkah,
Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail di sekitar
Ka`bah, di bawah pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu,
tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim AS
meletakkan kantong berisi kurma dan air, iapun beranjak pergi. Namun Hajar
mengikutinya seraya mengatakan,”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi
dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang
lainnya?”
Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi
Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru
kepadanya,”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”
“Ya,” jawab Nabi Ibrahim.
“Kalau begitu, Allah tidak akan
menyengsarakan kami,” seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan
Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di Tsaniyah -jalan bebukitan, arah jalan ke Kada, Nabi
Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya
berdoa : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur” [Ibrahim/14 : 37]
Hajar menyusui anaknya, Ismail dan meminum
dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itupun habis, dan Ismail
kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia
pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya kehausan.
Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan berdiri di
atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada
orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.
Dia pun turun melewati lembah sampai ke
bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana?
Tetapi, ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.
(Peristiwa Siti Hajar ini disebut dengan Sa’i dan menjadi salah satu rukun
dalam ibadah Haji)
Ketika berada di atas bukit Marwa, dia
mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Diam!” Setelah
diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun
berkata, “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”
Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril,
yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan
dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka
keluarlah darinya pancaran air.
Hajar pun bergegas mengambil dan
menampungnya. Diambilnya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam
tempat air. Setelah diambil, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun
minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat
Jibril berkata kepadanya, “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah
Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan
sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya.”
Dalam kitab Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir (2/244-245) menyebutkan bahwa,
pada zaman Nabi Muhammad SAW, sang kakek Abdul Muthalib mendapatkan perintah
dalam mimpinya untuk kembali menggali sumur zam-zam yang telah lama dikubur
dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah.
Setelah kita mengetahui sejarahnya, tentu Allah
tidak akan menurunkan suatu mukjizat ke bumi jika tidak ada manfaatnya. Berikut
ini merupakan dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan air zam-zam:
“Dari Jabir dan Ibnu
‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam,
tergantung niat orang yang meminumnya.” (Hadits shahih. Lihat Irwa-ul Ghalil,
al Albani, 1/218)
Ibnu Taimiyyah
berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar
kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak
disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).” (Hajjatun-Nabi, al Albani, 1/117)
“Dari Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air
Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk
obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan
dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan
curahan minum dari Allah kepada Ismail.” (Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani,
2/19)
“Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami
menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga
mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas
kemiskinanan)”. [HR Tabrani]
“Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air
Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR Ahmad]
“Disebutkan dalam Silsilah Shahihah
(4/232), Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang
terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang
sedang sakit.”
“Dari Ibnu ‘Abbas,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air yang
terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang
mengenyangkan dan penawar penyakit.” (Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, 2/18)
Abu Dzar al Ghifari
berkata,”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku
menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam
hatiku kelemahan lapar.” (Shahih Muslim, 4/1919)
“Dari Hammam, dari Abi
Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas di Mekkah,
tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air
Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas
Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam” (Shahihul-Bukhari,
3/1190)
Dari ‘Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan,
sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya sebagai bekal.” (Sunan Tirmidzi,
3/295).
Ibnul Qayyim
berkata,”Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib tatkala
berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa
penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan
air Zam-Zam sebagai makanan selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau
lebih. Ia tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana
manusia yang lain. Ia telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti
itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima’, berpuasa
dan melaksanakan thawaf.” (Zaadul Maad, 3/192)
Beliau (Rosulullah SAW) berkata,”Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit
dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya
dengan meminum air Zam-Zam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan Al
Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna.
Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku
benar-benar banyak mengambil manfaat darinya.” (Zaadul Maad, 4/162).
3.
Air
atau Telaga Kautsar
Allah SWT telah
meyebutkan nama ‘Kautsar’ dalam Al-Qur’an bahkan dijadikan sebagai nama surat
ke 108 dengan 3 buah ayat. Dalam tafsir Al-Qur’an bahasa Indonesia, Al-Kautsar
berarti ‘nikmat yang banyak.”
Dalam Hadits Shohih
Muslim No. 400 menyebutkan bahwa “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan
oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia
adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti.
Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari
sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah
berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.”
Riwayat lain juga menyebutkan yang artinya
Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada
di al-haudh (telaga Al-Kautsar)?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Wadah untuk minum yang
ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di
langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa
yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di
telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa
meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan
panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada
susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. Muslim, No. 2300).
Masya Allah. Semoga kita sebagai umatnya
Nabi Muhammad SAW bisa masuk surga dan bisa merasakan indah dan nikmatnya air
di telaga Al-Kautsar. Aaamiin Ya Robbal 'Alamin.
4. Air Sungai Nil
Diantara banyaknya sungai-sungai yang ada di dunia,
mengapa hanya sungai Nil yang disebutkan menduduki posisi empat dalam urutan
air yang paling utama?
Berikut penjelasan
yang berkenaan dengan keistimewaan sungai yang membelah sembilan negara
diantarnya Ethiopia, Zaire, Kenya,
Uganda, Tanzania, Rwanda, Burundi, Sudan,
dan tentu saja Mesir.
1. Satu-satunya
sungai yang disebutkan dalam al-Quran (secara Ijma para ulama)
Sungai Nil
merupakan satu-satunya sungai yang disebutkan oleh Allah dalam al-Quran,
sebagaimana disampaikan oleh Imam at-Taifaasyi dalam bukunya Suja’ul Hudail:
“Tidak satu pun sungai di muka bumi ini yang disebutkan oleh Allah dalam
al-Quran, selain sungai Nil”.
Dalam
al-Quran, Allah berfirman yang artinya:
“Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya
Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul” (QS. Al-Qashash: 7).
Begitupun
dalam QS Thaha ayat 38-39 yang artinya:
“yaitu
ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, yaitu: “Letakkanlah
ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), Maka pasti
sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan
musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku;
dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.”
Para ulama
sepakat, bahwa yang dimaksud dengan ‘laut’ dalam kedua ayat di atas
adalah sungai Nil.
2. Sungai Nil
adalah di antara sungai syurga yang diberikan untuk penghuni dunia
Dalil
penguat mengenai penyataan ini adalah:
“Dari Abu
Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Seihan, Jeihan, Nil dan Efrat, semuanya
adalah sungai-sungai syurga” (HR. Muslim).
3. Sungai Nil
adalah sungai madu di surga kelak
Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat di bawah ini yang diriwayatkan oleh
Imam al-Harits dalam Musnad nya (Zawaid al-Haitsamy, bab Fadhlul Anhaar: 2/944)
juga disampaikan oleh al-Khatib al-Baghdady dalam Tarikh Baghdad nya (1/55) di
bawah ini:
Artinya:
“Ka’ab al-Ahbar berkata: “Ada empat sungai surga yang Allah berikan di dunia,
yaitu: sungai Nil yang merupakan sungai madu di surga, sungai Efrat yang
merupakan sungai khamar di surga, sungai Seihan yang merupakan sungai air di surga,
dan sungai Jeihan yang merupakan sungai susu di surga kelak”. (Riwayat Harits).
Berkaitan
dengan riwayat di atas, Imam Ahmad bin Abu Bakar bin Ismail al-Bushairy dalam
kitabnya Ittihaaf al-Khairah al-Muhirrah Bi Zawaaid al-Masaanid al-‘Asyrah
(8/87) mengatakan, bahwa riwayat di atas disampaikan oleh al-Harits bin Abu
Usamah secara mauquf, akan tetapi semua rawi-rawinya adalah tsiqat (dapat
dipercaya).
4. Sungai Nil
adalah Rajanya sungai
Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Ibn Abi Hatim dalam Tafsirnya, sebagaimana dinukil
oleh Imam as-Suyuthi dalam Husnul Muhadharah (2/302), bahwa Amer bin Ash pernah
mengatakan yang artinya:
“Sungai Nil
Mesir adalah rajanya sungai-sungai, Allah menundukkan semua sungai di timur dan
di barat kepadanya. Apabila Allah berkehendak untuk mengalirkan sungai Nil
Mesir, maka Allah memerintahkan semua sungai untuk mengalirkan airnya, maka
semua sungai pun mengalirkannya, dan Allah mengeluarkan untuk sungai Nil mata
air-mata air bumi. Dan apabila Nil Mesir tidak lagi mengalirkan airnya
sebagaimana kehendak Allah, maka Allah memerintahkan semua air untuk kembali ke
asalnya”.
5. Setiap
tahun Allah mewahyukan dua hal kepada Nil
Dalam sebuah
riwayat sebagaimana dinukil oleh Imam as-Suyuthi dalam Husnul Muhadarah
(2/302), juga dalam an-Nujum az-Zaahirah fi Muluk Mashr wal Qaahirah (1/12)
yang artinya:
“Bahwasannya
Muawiyyah bin Abi Sufyan bertanya kepada Ka’ab al-Ahbar: “Apakah kamu menemukan
satu kabar dalam Kitab Allah tentang sungai Nil ini?” Ka’ab menjawab: “Demi
kegagahan yang telah membelah laut kepada Nabi Musa as, sesungguhnya saya mendapatkan
dalam Kitab Allah, bahwasannya Allah mewahyukan dua hal setiap tahunnya kepada
Nil, pertama, Allah mewahyukan ketika Nil mengalirkan airnya bahwasannya Allah
memerintahkan kamu untuk mengalirkan airnya, maka Nil pun segera
mengalirkannya, sampai waktu yang telah Allah tentukan. Kedua, Allah mewahyukan
setelah itu (ketika surut): ‘Wahai Nil, kembalilah kamu (maksudnya surutlah)
dengan baik-baik”.
6. Sungai Nil
di antara sungai yang akan diangkat kelak ketika kiamat sudah dekat
Keistimewaan
Nil lainnya, adalah bahwa ia di antara tanda kekuasaan Allah yang apabila
Kiamat sudah dekat di mana Ya’juj dan Ma’juj akan keluar, ia akan diangkat
kebaikan dan manfaatnya oleh Allah ke langit. Hal ini dapat berupa, air Nil
menjadi kering, atau tetap banyak, akan tetapi tidak bermanfaat banyak lagi.
Hal ini
sesuai dengan perkataan Ibnu Abbas yang artinya : “Dari Ibnu Abbas, dan
riwayatnya Marfu’, berkata: ‘Allah menurunkan lima sungai syurga ke muka bumi
ini: Seihan, Jeihan, Deglah, Efrat dan Nil, Allah menurunkannya dari salah satu
dari beberapa mata air surga, dari tingkatakan paling bawah dari
tingkatan-tingkatannya, di atas dua sayap Jibril. Allah mengalirkannya di muka
bumi, sehingga membawa banyak manfaat untuk manusia, hal ini sesuai dengan
firmanNya: “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi…” (QS. Al-Mu’minuun: 18). Dan ketika Ya’juj dan
Ma’juj keluar nanti, Allah akan mengutus Jibril untuk mengangkat dari bumi
al-Quran, ilmu, batu Hajar Aswad, batu yang berada di Maqam Ibrahim, peti
Nabi Musa as berikut isinya, dan lima sungai ini. Semuanya akan diangkat kembali
ke langit, dan ini sesuai dengan firmanNya: “…dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa untuk menghilangkannya” (QS. Al-Mukminuun: 19). Ketika semua ini sudah
diangkat dari muka bumi, maka manusia akan segera mengalami kehancuran”.
(Dinukil dariTarikh Baghdad karya al-Khatib al-Baghdadi: 1/57, dan dalam
al-Majruuhiin karya Ibnu Hibban: 3/323, 324, dan riwayat ini riwayat Dhaif).
7. Sungai nil
satu-satunya sungai di dunia yang disebut dalam al-Quran sebagai laut.
Imam
al-Mas’udi pernah berkata, sebagaimana dinukil oleh al-Maqrizi dalam al-Mawa’id
wal I’tibaar nya (1/65) yang artinya:
“Al-Mas’udy
berkata: “Sungai Nil termasuk di antara Raja nya sungai-sungai, dan termasuk di
antara laut yang paling mulia, karena ia bersumber dari syurga sebagaimana
disebutkan dalam berbagai keterangan. Apabila sungai nil bertambah banyak
airnya, maka seluruh sungai, mata air dan sumur berkurang airnya, dan apabila
sungai nil berkurang airnya, maka sungai-sungai, mata air dan sumur bertambah
banyak airnya. Bertambah nya air sungai Nil dari surutnya air-air lainnya, dan
surutnya air Nil dari bertambahnya air-air lainnya. Dan tidak ada satupun
sungai di muka bumi ini yang disebut sebagai laut (bahr), selain Nil Mesir,
karena besar dan luasnya”.
Dalam
al-Quran, Allah juga berfirman dalam QS Al-Qashash ayat 7 yang artinya:
“Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya
Maka jatuhkanlah Dia ke laut (sungai Nil). dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.”
Kata ‘laut’
dalam ayat di atas, adalah Sungai Nil. Dan hanya Nil yang disebutkan sebagai
laut dalam al-Quran karena keluasan dan kebesarannya.
8. Sungai nil
di antara sungai yang diberi gelar Sungai Mukmin
Dalam sebuah
hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn al-Jauzy dalam Gharib al-Hadits nya
(1/42), juga oleh Abu as-Sa’adaat al-Mubaarak bin Muhammad al-Jazary dalam
kitabnya an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wal Atsar (1/66) menyebutkan
bahwa “Ada dua sungai mukmin dan dua sungai kafir. Adapun dua sungai
mukmin adalah: Nil dan Efrat, sedangkan dua sungai Kafir adalah Deglah dan
Balkh”.
Ibnu
al-Jauzi dalam Gharib al-Hadits nya (1/42) mengatakan, dinamakan sungai mukmin,
karena ia dapat menyirami dan mendatangkan banyak manfaat sebagaimana layaknya
seorang mukmin. Sedangkan disebut sungai kafir, karena tidak dapat mengairi dan
tidak dapat mendatangkan banyak manfaat.
9. Sungai Nil: Lain dari yang lain
Imam
at-Taifasy, sebagaimana dikutip oleh Imam as-Suyuthi dalam Husnul Muhadharah
(2/315), pernah mengatakan: “Para ulama telah sepakat, bahwa sungai Nil
merupakan sungai yang paling istimewa dibandingkan dengan sungai-sungai
lainnya, karena beberapa sebab:
- Manfaatnya yang sangat luar biasa. Tidak ada satupun sungai di muka bumi ini yang dapat mengairi dengan begitu hebatnya, dan begitu luasnya selain sungai Nil. Manfaat yang diberikan melebihi sungai-sungai pada umumnya.
- Hemat dalam pengairannya. Air Nil cukup untuk menyirami tanaman satu kali saja, dan ketika air Nil sudah menyerap ke dalam tanah, maka tanaman itu tidak mengapa tidak disiram lagi sampai dipetik hasilnya nanti. Dan tentu tidak demikian dengan sungai-sungai lainnya.
- Air Nil bertambah banyak, ketika sungai-sungai lainnya menyusut, dan sebaliknya, ketika air sungai-sungai pada umumnya bertambah banyak, air sungai Nil malah menyusut.
- Hampir semua sungai-sungai di muka bumi, mengalir dari arah timur ke barat, sementara Nil mengalir dari arah selatan ke utara.
Sumber: dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar